Jumat, 28 Oktober 2011

Sumpah Pemuda 2011

Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.


Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.

ISI SUMPAH PEMUDA
Sumpah Pemuda versi orisinal:

Pertama Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kedoea Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda versi Ejaan Yang Disempurnakan:

Pertama Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kedua Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. 
Ketiga Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Inilah makna Sumpah Pemuda yang dulu..


Sumpah Pemuda 28 Oktober 2011 bertanah air kadang-kadang Indonesia , berbangsa kadang-kadang Indonesia , berbahasa kadang-kadang Indonesia

Pemuda Indonesia 2011 cerminan bancrit Indonesia yang ‘tak punya kepala’ kecuali ada duitnya. Kaum Orang tuanya pun tak ingin kehilangan kesempatan ‘ketinggalan kereta’

- Tak ingin aku terpaksa menjadi Indonesia .
- Aku setia menjadi Indonesia .
- Bukan sebatas dibibir , namun dengan segala konsekuensi PAHIT untuk menegakkan cita2 aku yang manusia Indonesia
Kita selalu ‘takut’ menghadapi masalah , namun euforia bila ada sedikit celah. Akibatnya , kemajuan2 dalam bidang apa saja , sekecil apapun nilai prestasi yang bisa dicapai , terjadi hanya karena faktor ‘luck’ (keberuntungan) yg tak terencana. Kalau mencermati kasus kericuhan saya dengan teman2 se-profesi disaat ini , harusnya menjadi pembelajaran ber-skala luas , a/l:
a. Mandegnya prestasi musisi muda saat ini , jika dibandingkan pada puluhan tahun yg silam dimana musisi2 sudah menyentuh pencapaian dalam membentuk kultur pop Indonesia yg sedemikian rupa. Artinya , kalau toh sampai saat ini saya masih bisa bermusik dan masih diapresiasi oleh sebagian masyarakat , semata karena tidak ada pilihan lain ‘sejenis’ yg lebih baik , artinya pula bahwa saya bukan apa-apa , hanya karena faktor keberuntungan karena belum ada yg lainnya.
b. Kualitas pergaulan kreatif antar seniman yang berperan penting untuk melahirkan karya-karya kultur pop juga mandeg / stagnan. Masih terus dihadang oleh kendala-kendala non tehnis , seperti wawasan berpikir yang dibidani oleh kadar intelektualitas yg macet dari para seniman / produsen-produsen seni musik pop itu sendiri.
c. Dominasi kultur sosio-kultural masyarakat yang belum beranjak ‘dewasa’ dalam memahami demokrasi dan modernitas . Mengakibatkan masih langgengnya cara berpikir / mindset ‘kawula’ , atau ‘hamba’ yang cenderung mempertahankan mitos / legenda sebagai obyek pujaan/panutan bagi hari ini.
Prestasi bukan terukur dari pencapaian kualitas yang terus berkembang/berlanjut secara dinamis , namun seolah-olah ‘selesai’ di masa2 lalu.
Hal tersebut diatas adalah dimensi KREATIF . Sementara disisi lain ada lagi dimensi ETIKA dan HUKUM yang juga berdiri sendiri secara OTONOM dan tidak bisa dicampur adukkan.
Semoga kereta-kereta oportunis tertumbuk ”IZRAIL’ malaikat pencabut nyawa , agar manusia Indonesia selanjutnya punya kesempatan untuk bisa membangun peradaban yang lebih baik serta lebih mulia.

Inilah caraku memaknai Sumpah Pemuda ku dijaman yang seperti sekarang ini..

Bisa dibandingkakan sendiri bagaimana makna Sumpah Pemuda dulu dan saat ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah mengisi Buku Tamu :)